Selasa, 29 Oktober 2013

Sekilas kisah lagu sabar-AFGAN

Gedung berwarna oranye itu seakan-akan menarik kaki Afgan untuk masuk terperanjap ke dalam sana. Di luar gedung itu dikelilingi oleh barisan-barisan mobil Ambulance yang siap menjemput siapapun yang sedang mempertaruhkan nyawanya. Selain itu, terdapat juga beberapa pasien yang sedang menikmati keindahan taman dengan kursi roda mereka. Tentu saja, mereka tidak sendiri, ada orang-orang di sekelilingnya yang mencintai mereka.
Saat ini, ada orang yang membuatnya ingin memperhatikan taman ini. Kini, gadis itu sedang menatap seorang laki-laki di hadapannya dengan pandangan kosong. Dia adalah Citra, gadis yang sangat dicintainya sedari kecil. Citra membuat diri Afgan mampu bertahan walaupun saat ini raga dan jiwa Citra tidak sedang menyapa dirinya. Namun, Afgan sangat yakin jika Citra benar-benar mencintainya.
Citra adalah seorang gadis remaja yang sedang menanggung beban yang sangat berat. Bagaimana tidak? Dari tadi pagi, dia sudah berada di dalam rumah sakit ini dan menemani Indra yang dicintainya bukan sebagai seorang kekasih namun sebagai seorang sahabat. Kini, Indra sedang mengidap penyakit kanker stadium 2 dan hampir menemukan titik kesembuhannya.
Afgan dan Indra memang tidak pernah berkenalan.  Afgan mengenal Indra dari orang tua Indra, yang memohon kepada dirinya dan Citra untuk membantu proses penyembuhan anak mereka. Orang tua Indra, meminta agar Citra dapat merawat dan mencintai Indra sampai anak mereka sembuh total. Memang menyakitkan, tapi, lebih menyakitkan lagi jika melihat kondisi Indra yang terbaring lemah di rumah sakit.
Awalnya, Afgan tidak membiarkan Citra untuk mencintai orang lain selain, dirinya. Namun, setelah melihat langsung keadaan Indra,  hati Afgan pun terpanggil untuk membantu Indra. Ya, Indra yang baru saja dikenalnya dan harus mengidap penyakit kanker.
Kini, Afgan adalah laki-laki yang harus kuat. Kuat untuk melawan rasa egois yang ada di dalam hati setiap manusia. Afgan sadar, keegosiannya hanya akan mampu membuat penyakit kanker Indra semakin parah.
Seperti hari-hari sebelumnya, sayup sayup langkah kaki seseorang sedang mendekat ke arahnya sekarang. Tepat pada saat detik-detik sebelum matahari terbenam mereka akan bertemu. Di sini, di pojok taman rumah sakit ditemani oleh berbagai tanaman yang indah dan segar.
Tanpa berpikir panjang, Afgan berlari dan memeluk gadis itu, Citra. Afgan membiarkan seluruh desahan nafas dan detak jantungnya menyatu dengan Citra. Seakan-akan mereka berdua yang sedang rapuh menyatu untuk saling menguatkan satu sama lain.
“Aku takut,takut sekali. Kanker Indra sudah hampir sembuh, Gan. Aku takut Indra akan mempererat  hubungan ini.” Terdengar suara Citra yang serak berada persis di telinga Afgan
“Jangan takut, masih ada aku disisimu. Aku janji, jika Indra sudah sembuh total, kita akan bicara dengannya. Sabarlah, hanya sebentar. Aku janji.” Afgan menatap mata Citra dengan tegas dan membelai rambutnya.
“Bagaimana denganmu? Apakah kau yakin dan masih percaya denganku?”
“Tentu saja, aku yakin dan percaya padamu. Aku tahu bahwa cintamu yang sesungguhnya hanyalah untukku. “
Tiba-tiba Afgan memetik gitar yang memang sudah disiapkan daritadi. Lagu ini sengaja diciptakan oleh Afgan hanya untuk dipertunjukkan kepada Citra. Afgan bermaksud untuk membuat Citra lebih bersabar lagi.
Sabar… Sabarlah cintaku
Hanya sementara kau harus dengannya
Kau harus bersamanya, kini…
Sabar, sabarlah cintaku
Takkan selamanya karena sebenarnya
Kau tahu sesungguhnya aku
Aku yang paling kau cinta
Aku yang paling kau mau
Rahasiakanlah aku sedalam-dalamnya cintamu
Aku yang pasti kau cinta
Aku yang pasti kau mau
Selamanya di hidupmu aku kekasihmu
Nada-nada Afgan yang dinyanyikan oleh Afgan begitu sempurna. Membuat Citra mampu lebih bersabar, walaupun hati Citra tidak mampu. Afgan yang menguatkan Citra, walaupun sebenarnya Afgan sama seperti Citra, rapuh. Kerapuhan yang hanya dapat dilandasi dengan kata “sabar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar